Proses Terbentuknya Hujan - Dalam salah satu karya Harun Yahya, berjudul The Signs in The Heavens and the Earth for Men of Understanding, ia
mengungkapkan bahwa apa yang tertulis dalam Al Quran 14 abad silam
mengenai hujan sesuai dengan sains modern yang membuktikan tentang
terbentuknya hujan tersebut.
Penelitian tentang hujan membutuhkan waktu yang tak sedikit. Dibutuhkan peralatan modern untuk membantu saintis mengungkapkan proses terjadinya hujan. Dalam karyanya, Harun Yahya mengatakan bahwa manusia baru mengetahui proses terbentuknya hujan setelah ditemukan radar cuaca. Jauh setelah Al quran mengungkapkan hal ini.
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS. An Nur: 43)
Para saintis menemukan bahwa proses terjadinya hujan dimulai dari gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya dari buih-buih di lautan dan samudra pecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Pecahan ini dikenal dengan nama aerosol, kemudian bercampur dengan debu daratan yang terbawa angin dan kemudian terbawa ke lapisan atmosfer.
Kemudian, perbedaan suhu permukaan laut dan atmosfer mengubah aerosol yang bercampur dengan debu yang terbawa angin tersebut menjadi awan. Menurut para saintis yang mempelajari berbagai macam awan, awan-awan kecil digerakan oleh angin sehingga gumpalan awan yang disebut cumulonimbus terbentuk.
Awan yang terbentuk dari partikel air dan debu tersebut memiliki massa yang lebih berat dari udara disekitarnya. Ditambah kandungan garam yang dibawa oleh partikel-partikel air dari laut menyebabkan air hujan turun.
Proses turunnya hujan tersebut persis dengan apa yang ada dalam Al Quran. Salah satunya dalam QS Ar Ruum: 48 berikut:
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
Dan dalam Al Quran, Allah Ta’ala pun telah menjelaskan fungsi angin dalam turunnya hujan seperti dalam ayat berikut:
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al Hijr: 22)
Air hujan turun dalam takaran yang tepat
Hujan turun menurut takaran yang tepat. Rintiknya tak melukai makhluk hidup, sehingga ia justru membawa bahagia. Sebagaimana dalam salah satu ayat berikut:
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,” (Az Zhukruf: 11)
Harun Yahya dalam karya menjelaskan bahwa air hujan yang turun ke bumi sesuai kadar yang tepat. Baik dalam hal kecepatan turunnya air serta jumlah atau volume air hujan yang turun ke bumi.
Ketinggian minimum awan hujan sekitar 1.200 meter. Rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanya 8-10 km/jam. Secara saintis, benda pada ketinggian 1.200 meter yang jatuh ke bumi akan mengalami percepatan yang terus menerushingga mencapai kecepatan 558 km/jam. Namun, rintik hujan jatuh ke bumi dengan kecepatan rendah. Hal ini dikarenakan bentuk rintik hujan yang terlihat khusus dan juga adanya gesekan dengan atmosfer bumi.
Menurut Harun, jika kedua hal di atas yakni bentuk hujan dan atmosfer bumi tidak ada berpengaruh maka efek yang dapat ditimbulkan oleh satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian 1.200 meter sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 15 cm.
Terkait jumlah, Harun Yahya menyebutkan bahwa dalam satu detik sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Jumlah ini sama dengan jumlah turunnya air hujan ke bumi dalam satu detik. Siklus ini terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takarannya.
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf: 9)
Sungguh, Maha Besar Allah dengan segala firman-Nya.
Sumber:
http://id.harunyahya.com/id/Keajaiban-Al-Quran/151601/pembentukan-hujan
http://www.tafsirq.com
Penelitian tentang hujan membutuhkan waktu yang tak sedikit. Dibutuhkan peralatan modern untuk membantu saintis mengungkapkan proses terjadinya hujan. Dalam karyanya, Harun Yahya mengatakan bahwa manusia baru mengetahui proses terbentuknya hujan setelah ditemukan radar cuaca. Jauh setelah Al quran mengungkapkan hal ini.
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih. Maka, kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan, seperti) gunung-gunung. Maka, ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (QS. An Nur: 43)
Para saintis menemukan bahwa proses terjadinya hujan dimulai dari gelembung udara yang tak terhitung jumlahnya dari buih-buih di lautan dan samudra pecah menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Pecahan ini dikenal dengan nama aerosol, kemudian bercampur dengan debu daratan yang terbawa angin dan kemudian terbawa ke lapisan atmosfer.
Kemudian, perbedaan suhu permukaan laut dan atmosfer mengubah aerosol yang bercampur dengan debu yang terbawa angin tersebut menjadi awan. Menurut para saintis yang mempelajari berbagai macam awan, awan-awan kecil digerakan oleh angin sehingga gumpalan awan yang disebut cumulonimbus terbentuk.
Awan yang terbentuk dari partikel air dan debu tersebut memiliki massa yang lebih berat dari udara disekitarnya. Ditambah kandungan garam yang dibawa oleh partikel-partikel air dari laut menyebabkan air hujan turun.
Proses turunnya hujan tersebut persis dengan apa yang ada dalam Al Quran. Salah satunya dalam QS Ar Ruum: 48 berikut:
“Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya. Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya, tiba-tiba mereka menjadi gembira.”
Dan dalam Al Quran, Allah Ta’ala pun telah menjelaskan fungsi angin dalam turunnya hujan seperti dalam ayat berikut:
“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al Hijr: 22)
Air hujan turun dalam takaran yang tepat
Hujan turun menurut takaran yang tepat. Rintiknya tak melukai makhluk hidup, sehingga ia justru membawa bahagia. Sebagaimana dalam salah satu ayat berikut:
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati,” (Az Zhukruf: 11)
Harun Yahya dalam karya menjelaskan bahwa air hujan yang turun ke bumi sesuai kadar yang tepat. Baik dalam hal kecepatan turunnya air serta jumlah atau volume air hujan yang turun ke bumi.
Ketinggian minimum awan hujan sekitar 1.200 meter. Rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanya 8-10 km/jam. Secara saintis, benda pada ketinggian 1.200 meter yang jatuh ke bumi akan mengalami percepatan yang terus menerushingga mencapai kecepatan 558 km/jam. Namun, rintik hujan jatuh ke bumi dengan kecepatan rendah. Hal ini dikarenakan bentuk rintik hujan yang terlihat khusus dan juga adanya gesekan dengan atmosfer bumi.
Menurut Harun, jika kedua hal di atas yakni bentuk hujan dan atmosfer bumi tidak ada berpengaruh maka efek yang dapat ditimbulkan oleh satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian 1.200 meter sama dengan benda seberat satu kilogram yang jatuh dari ketinggian 15 cm.
Terkait jumlah, Harun Yahya menyebutkan bahwa dalam satu detik sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Jumlah ini sama dengan jumlah turunnya air hujan ke bumi dalam satu detik. Siklus ini terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan takarannya.
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf: 9)
Sungguh, Maha Besar Allah dengan segala firman-Nya.
Sumber:
http://id.harunyahya.com/id/Keajaiban-Al-Quran/151601/pembentukan-hujan
http://www.tafsirq.com
0 komentar:
Post a Comment